QMS atau EMS-nya yg Tidak Beres di Situ Gintung?

Pembaca Quality Forum yg Budiman, ketika Situ Gintung dibangun oleh Belanda pada waktu itu, meskipun para Meneer itu adalah Penjajah, kira-kira ada maksud untuk menggelontori warga sekitar dengan air Situ Gintung apa tidak? Ada maksud untuk membunuh warga sekitar sampai ratusan orang apa tidak?

Rasanya tidak mungkin sejahat itu, kan? Dan selama ini juga belum pernah tersiar kabar Bendungan Situ Gintung membunuh banyak orang. Entah kalau jaman dulu mungkin ada orang yg dianggap "Ekstrimis" oleh Meneer, lalu dicemplungkan ke situ sampai meninggal. Kita tidak tahu. Tapi, toh, berita bencana seperti yg sekarang ini terjadi selama ini belum pernah terdengar, bukan?

Tetapi, ketika Si Penjajah itu sudah kita usir, sudah kabur, kembali ke negerinya sana, yg konon katanya area negaranya lebih rendah dari permukaan laut, kenapa justru bencana itu terjadi? Ada apa? Apanya yg tidak beres?

Pembaca Quality Forum yg Budiman, setiap aktivitas atau organisasi dibuat pasti ada tujuannya. Untuk mencapai tujuan tsb, maka dilakukanlah apa yang disebut dengan pengelolaan. Istilah "mentereng"-nya adalah manajemen. Sebagaimana definisi manajemen itu sendiri ada yg mengatakan sebagai: "Seni mengelola organisasi dengan memanfaatkan sumberdaya yg ada secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama".

Jadi, kalau kemudian Situ Gintung sekarang justru melenyapkan hingga seratusan orang dan meluluh-lantakkan pemukiman di sekitarnya, itu jelas menunjukkan bahwa di sana ada kesalahan manajemen. Ada Mismanagement. Karena sudah pasti bukan itu tujuan bersama yg ditetapkan oleh Penjajah dan Si Terjajah waktu itu. Pastilah tujuannya untuk kebaikan bersama, untuk kemasalahatan banyak orang. Bukan untuk mencabut nyawa masyarakat sekitar.

Kesalahan ISO 9001 atau ISO 14001?

Pembaca Quality Forum yg Budiman, kalau ada kesalahan manajemen, lalu yg salah system manajemen mutu-nya atau system manajemen lingkungan-nya? ISO 9001-nya atau ISO 14001-nya? Ini yg akan kita diskusikan di sini.

Meskipun saya tidak tahu apakah pengelola Situ Gintung menerapkan QMS ISO 9001 atau EMS ISO 14001 atau tidak, tetapi secara teori, kasus ini layak didiskusikan. Asumsinya, Si Pengelola menerapkan QMS ISO 9001 dan EMS ISO 14001. Tujuannya adalah agar kita memiliki pandangan yg lebih dalam tentang ISO 9001 dan ISO 14001. Dan kita bisa menggunakannya untuk "memotret" kasus-2 aktual, sehingga kita bisa menarik manfaat untuk organisasi kita sendiri, dan juga untuk pemerintah Indonesia, khususnya departemen yg bertanggung-jawab terhadap bendungan-bendungan lainnya di Indonesia. Okey, mari kita mulai diskusinya.

Pembaca Quality Forum yg Budiman, QMS ISO 9001 atau system manajemen mutu ISO 9001 itu berkaitan dengan Mutu. Jadi dalam hal ini terkait dengan efektifitas organisasi. Sejauh mana organisasi mencapai tujuan organisasi, itulah wilayah QMS ISO 9001. Kalau begitu persyaratan mutunya apa? Persyaratan mutunya adalah tujuan-tujuan dibuatnya bendungan itu yg telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, agar mampu menampung sekian juta meter kubik air, mampu mengairi sawah sekian ribu herktar, mampu mensuplai pembangkit listrik sekian ribu megawatt.

Kalau tujuan-tujuan yg telah ditetapkan, yg kemudian menjadi "persyaratan" kinerja manajemen Situ Gintung hanya seperti yg sudah disebutkan itu saja, dan itu semua sudah tercapai, maka bisa dinyatakan bahwa implementasi Sistem Manajemen Mutu di Situ Gintung adalah efektif. Tidak ada yg salah dengan ISO 9001-nya. Yang salah adalah system manajemen lingkungan-nya. Kesalahannya di mana?

Kesalahannya terletak pada tidak teridentifikasinya potensi dampak lingkungan, dan tidak terkendalikannya aspek lingkungan signifikan, yakni potensi jebolnya tanggul yg bisa menimbulkan dampak lingkungan luar biasa (signifikan), seperti yg saat ini sudah terjadi. Itu masalahnya. Atau, istilah audit-nya, itu "temuan" atau "finding"-nya.

Aspek lingkungan signifikan seperti itu harusnya dikendalikan melalui Prosedur, dan, atau Instuksi Kerja yang ketat. Misalnya instruksi kerja tentang pemeriksaan secara berkala kondisi tanggul, yang periode pemeriksaan atau inspeksinya semestinya juga sangat ketat, terutama ketika musim hujan, dan ketika mulai ditemukannya tanda-tanda penurunan kualitas tanggul. Juga tentang prosedur Corrective Action dan Preventive Action jika ditemukan indikasi penurunan kualitas tanggul, harus sangat diperhatikan dalam system manajemen lingkungannya.

Lain halnya kalau salah satu tujuan dibuatnya Bendungan Situ Gintung adalah untuk menahan banjir, karena misalnya setiap kali hujan masyarakat sekitar selalu kebanjiran, maka jebolnya tanggul Bendungan Situ Gintung merupakan kegagalan implementasi System Manajemen Mutu ISO 9001 di organisasi itu. Karena apa? Karena tanggul merupakan bagian dari proses untuk mencapai tujuan mutu yg sudah menjadi persyaratan mutu, sehingga "proses" tsb harus benar-benar diperhatikan melalui IK atau Prosedur. Sebab kalau proses tsb ada yg menyimpang, maka akan menimbulkan tidak tercapainya persyaratan mutu yg telah ditetapkan. Dalam hal ini masyarakat akan kebanjiran.

Selanjutnya Bagaimana?

Pembaca Quality Forum yg Budiman, yang jelas tindakan perbaikan harus dilakukan, termasuk tindakan pencegahan timbulnya kasus serupa di kemudian hari. Bagi pengelola Situ Gintung, saat ini harus mengidentifikasi potensi terjadinya kasus serupa di bagian tanggul yang lain untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya kasus serupa. Dan bagi departemen yg bertanggung-jawab mengelola bendungan di seluruh Indonesia, departemen ini wajib melakukan identifikasi di bendungan-bendungan lainnya yg ada di seluruh Indonesia mengenai kemungkinan adanya potensi jebolnya tanggung di tiap-tiap bendungan. Khususnya yang potensi dampak lingkungan-nya besar atau sangat besar.

Khusus bagi pemerintah, ditinjau dari sisi system manajemen mutu ISO 9001 maupun system manajemen lingkungan ISO 14001, dengan jebolnya Bendungan Situ Gintung ini menunjukkan bahwa pengelola Situ Gintung kompetensinya tidak memenuhi syarat. Pejabat seperti ini perlu dipertimbangkan untuk diganti, karena berpotensi terulangnya kejadian serupa di kemudian hari, atau tidak tercapainya tujuan dibuatnya bendungan ini.

Demikian juga pejabat tertinggi di departemen yg mengelola bendungan di seluruh Indonesia. Ia juga perlu dipertimbangkan untuk diganti, karena bendungan di Indonesia merupakan wilayah tanggung-jawabnya. Ini juga terkait dengan kompetensi yg kurang memadahi tersebut, yg jika tetap dipertahankan berpotensi untuk terulangnya kembali kejadian serupa di bendungan lainnya di Indonesia. Terutama jika setelah bencana Situ Gintung ini, dia tidak menginstruksikan untuk mengidentifikasi potensi terjadinya bencana serupa di bendungan lainnya di Indonesia.

Pembaca Quality Forum yg Budiman, Anda punya pendapat berbeda? Silakan berikan tanggapan Anda di "Comment" atau "Post a Comment" di bawah artikel ini. Salam Mutu.

No comments:

DAFTAR ISI:

Blogvertise Click Here to Advertise On My Blog Increase Website Traffic

Custom Search