ISO 9001 Hanyalah Alat. Benarkah...???!!!

Pembaca "Quality Forum" yg budiman, apa yg selama ini Anda dengar dari para praktisi ISO 9001 di lingkungan kerja Anda tentang ISO 9001 itu sendiri. Pernahkah, atau seringkah Anda mendengar pernyataan yg mengatakan bahwa ISO 9001 hanyalah sebuah "alat" bagi manajemen? Kalau pernah, atau bahkan sering, maka seperti itu pulalah yg sering saya dengar. Bahkan dalam diskusi di milis QualityClub ada pernyataan seperti ini terkait implementasi QMS ISO 9001:

"alat sebaik apapun dimuka bumi ini tidak akan bermanfaat kalau penggunannya
tidak tepat".

Dan, ternyata tidak ada anggota milis lain yang menyangkal atau menanggapi statement ini. Dari situ saya "menyimpulkan" bahwa selama ini orang hanya menganggap bahwa QMS ISO 9001 hanyalah alat. Benarkah QMS ISO 9001 itu sendiri memang hanya sebuah alat?

Pembaca "Quality Forum" yang budiman, pendapat yg mengatakan bahwa ISO 9001 hanyalah alat tidaklah sepenuhnya salah, tetapi juga sangat tidak tepat sehingga perlu diluruskan. Mengapa? Karena jika tidak diluruskan, hal ini akan mengakibatkan implementasi ISO 9001 menjadi tidak efektif atau tidak berdaya guna secara optimal. Dan inilah yg seringkali saya lihat, QMS ISO 9001 hanya dianggap sebagai alat. Kalau beitu yang benar ISO 9001 itu apa?

QMS ISO 9001 adalah ketentuan, persyaratan, atau katakanlah "hukum" bagi organisasi yg ingin menerapkan system manajemen mutu mengacu pada system manajemen mutu ISO 9001. Karena dia merupakan ketentuan atau "hukum", maka bagi organisasi yang sudah memproklamirkan diri menerapkan QMS ISO 9001 dengan dibuktikan adanya sertifikasi dari badan sertifikasi, organisasi itu wajib mematuhi segala persyaratan yg ada di standard internasional QMS ISO 9001 yg sesuai dengan lingkup aplikasi bagi organisasi tsb. Bila dia tidak mematuhi, maka ada sanksinya, yakni pencabutan sertifikat yg telah diperolehnya. Saya yakin semua organisasi yg sudah mengimplementasikan QMS ISO 9001 mengerti mengenai ketentuan ini.

Masalahnya adalah di dalam realitanya / faktanya, khususnya di Indonesia, benarkah bahwa jika organisasi tidak lagi mengimplementasikan QMS ISO 9001 sesuai dengan persyaratan internasional QMS ISO 9001 tsb, terutama jika ada temuan "Major" maka badan sertifikasi tsb akan mencabut sertifikatnya? Saya, koq, belum pernah mendengar hal itu. Kalau di Singapura saya pernah mendengar. Inilah, menurut saya, awal dari "malapetaka" degradasi gengsi system manajemen mutu internasional ini. Sehingga kemudian orang menjadi apatis terhadap efektifitas QMS ISO 9001. Lalu siapa yg salah?

Bisa jadi hal itu berawal dari komitmen manajemen yg menerapkan QMS ISO 9001 itu sendiri yg hanya menginginkan sertifikat, bukannya menginginkan bagaimana mengimplementasikan QMS ISO 9001 dengan efektif dan efisien.

Penyebab ke dua adalah badan sertifikasi, dalam hal ini auditor ekseternalnya, yg tidak mau kehilangan klien yg telah membayarnya, sehingga dia menjadi "baik hati" kepada kilen yang sebenarnya tidak lagi memematuhi persyaratan QMS ISO 9001, sekalipun "pelanggarannya" sangat besar, Major, atau signifikan. Mereka ini biasa disebut sebagai "Tukang Jahit" yg membuat "baju" sesuai pesanan.

Inilah yg kemudian menjadikan QMS ISO 9001 hanya sebagai ALAT. Karena dia hanyalah atat, maka alat itu mau dipakai dengan baik atau tidak terserah pada Si Pemilik alat (pemilik sertifikat ISO 9001). Dia / mereka tidak memandang dan memperlakukan standard internasional QMS ISO 9001 sebagai ketentuan atau persyaratan yg harus dipatuhi. Alhasil, sertifikat ISO 9001 kemungkinan besar hanya akan menjadi selembar kertas tanpa makna, sehingga meskipun perusahaan tsb sudah sertifikasi QMS ISO 9001, dia tetap saja pelayanannya buruk, kualitas produknya buruk, bahkan bisa saja kinerja perusahaannya memburuk bahkan bangkrut. Ironis sekali.

No comments:

DAFTAR ISI:

Blogvertise Click Here to Advertise On My Blog Increase Website Traffic

Custom Search